27 JUNI 2019, JAKARTA — Ancaman kebocoran data dalam konteks keamanan dunia maya (cyber security) di Indonesia kembali menjadi sorotan khusus. Sejumlah kalangan seperti akademisi dan pengamat mendorong pemerintah untuk memprioritaskan regulasi proteksi data untuk menangkal ancaman cyber.
Indonesia saat ini menjadi negara ketiga paling ditarget dalam ancaman cyber security setelah Amerika Serikat dan India, menurut laporan Check Point, Software Technologies Inc. Sedangkan dari sektornya, industri finansial atau keuangan menjadi sektor yang paling rentan terhadap ancaman cyber security. Lebih lanjut lagi, dugaan akan bocornya belasan juta data konsumen di sejumlah e-commerce masih menjadi berita yang hangat di Indonesia.
Riset “Disruptive Decision Making” yang dilakukan oleh Telstra, perusahaan induk telkomtelstra, memaparkan bahwa prioritas utama pemimpin bisnis global saat ini termasuk di antaranya melindungi aset digital dari ancaman dunia maya dan mengoptimalkan investasi untuk mengefisienkan waktu serta manajemen sumber daya sebagai bagian dari transformasi digital perusahaan.
Investasi yang diperlukan untuk keamanan cyber perusahaan tentunya dapat menyebabkan dilema biaya untuk menghindari pengeluaran yang sangat besar dalam melindungi sistem dari ancaman cyber, terutama dari pelanggaran kebocoran data. Agus F Abdillah, Chief of Product & Services Officer Telkomtelstra, menilai tantangan utama bagi korporasi di Indonesia dalam mengelola keamanan cyber terletak pada kemampuan untuk mendeteksi dan merespons secara efektif terhadap pelanggaran kebocoran data pada waktu yang tepat. Sekaligus di sisi lain, menghindari pengeluaran yang tidak terencana dalam implementasi cyber security.
“Alokasi investasi untuk cyber security, terutama untuk mengatasi kebocoran data, sebaiknya dimulai dengan penilaian security intelligence yang holistik dan komprehensif. Setelah semua ancaman dan kerentanan didaftar dan diprioritaskan, perusahaan dapat melanjutkan dengan pilihan investasi yang dikelola dengan benar untuk teknologi dan alat keamanan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (26/6).
“Security intelligence dalam kaitannya dengan keamanan cyber bukanlah hal baru di industri global. Penerapannya sendiri berfokus pada wawasan berbasis bukti, termasuk mekanisme, indikator, implikasi, dan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti tentang ancaman atau bahaya yang ada atau dapat muncul terhadap aset perusahaan,” paparnya.
Meskipun demikian, lanjut Agus, intelijen cyber ini terdiri dari jutaan indikator yang perlu difilter dan diprioritaskan. Oleh karena itu selain teknologi, intelijen keamanan cyber terbaik juga membutuhkan elemen talenta manusia yang expert dalam masalah keamanan yang saat ini sulit ditemukan di Indonesia.
Tantangan kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang cyber security sudah dibahas dalam riset bertajuk “Connecting Commerce” yang dilakukan Telstra dengan The Economist Intelligence Unit. Studi itu mengungkapkan bahwa kekurangan ‘orang dan keterampilan’ adalah tantangan digital terberat di Indonesia.
Dalam riset yang dilakukan tahun lalu itu ditemukan bahwa keterbatasan talenta SDM dan keterampilan menjadi tantangan terberat dengan porsi 36%, melampaui pendanaan investasi yang terbatas (31%), rendahnya akses ke ekosistem teknologi yang tangguh (20%), kebijakan atau peraturan pemerintah (17%), serta persoalan keamanan cyber (15%).
Menjawab tantangan security intelligence, telkomtelstra menghadirkan keamanan cyber dengan empat keunggulan. Pertama, security capabilities, dengan mengandalkan jangkauan luas layanan intelijen keamanan SOC, memperluas dan meningkatkan kemampuan manajemen ancaman yang tersedia dari alat firewallgenerasi terbaru. Kedua, solusi sepenuhnya terkelola. Solusi yang dikemas secara komprehensif dan dikelola sepenuhnya dengan fitur, kemampuan, layanan, dan dukungan yang jelas.
Ketiga, dukungan security expert, dikelola oleh tim ahli keamanan yang terpercaya dan terbaik di Indonesia. Dan keempat, infrastruktur keamanan yang terintegrasi, memanfaatkan investasi besar dalam teknologi keamanan, termasuk platform telkomtelstra untuk peringatan dan pengelolaan insiden keamanan otomatis yang cepat.(*/)
Tentang telkomtelstra:
Telkomtelstra adalah perusahaan patungan antara PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom Indonesia) yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan Telstra Corporation Limited (Telstra) yang merupakan perusahaan telekomunikasi dan layanan informasi terkemuka di Australia.
Telkomtelstra menyediakan portfolio produk dan solusi teknologi terdepan seperti Managed Network Services, Managed Security Services dan Managed Cloud Services untuk membantu peningkatan transformasi digital di Indonesia. Melalui pemahaman akan pasar lokal dan juga pengalaman menyediakan layanan managed solutions kelas dunia, telkomtelstra telah berhasil mendukung perusahaan-perusahaan Indonesia untuk memanfaatkan layanan solusi terkelola dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis.