Di saat kita memasuki dekade terakhir untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), semakin penting untuk kita semua mempercepat upaya perubahan transformatif, dan sektor swasta memiliki tanggung jawab penting dan peranan untuk mewujudkan transformasi tersebut.
Seperti yang tertuang dalam Prinsip-prinsip Pemberdayaan Perempuan (Women’s Empowerment Principles), transparansi dan akuntabilitas diperlukan bagi perusahaan untuk menjunjung tinggi komitmen mereka terhadap kesetaraan gender di tempat kerja, tempat berniaga, dan komunitas. Mekanisme pengukuran dan pelaporan sangat penting untuk memantau dan melacak kinerja dan kemajuan dari perusahaan.
Dunia usaha memiliki peranan penting dalam memberlakukan kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan dan memastikan upaya tersebut dapat diukur, dilaporkan, dan diselaraskan dengan wilayah kerja yang memiliki dampak terbesar.
Integrasi statistik gender dan data terpilah menurut jenis kelamin dalam praktik pelaporan, memberikan tujuan bagi perusahaan serta dapat membantu perusahaan dalam menetapkan dan mensosialisasikan prioritas utama.
Hal tersebut merupakan kunci untuk memungkinkan karyawan, konsumen, komunitas, dan investor lebih memahami bagaimana organisasi berkontribusi pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di tempat kerja, pasar, dan komunitas.
Tujuh prinsip pemberdayaan perempuan dalam Women’s Empowerment Principles (WEP) adalah pertama kepemimpinan perusahaan tingkat tinggi. Kedua, memperlakukan semua perempuan dan laki-laki secara adil di tempat kerja tanpa diskriminasi. Ketiga kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan karyawan. Keempat pendidikan dan pelatihan untuk kemajuan karir. Kelima, pengembangan usaha, rantai pasokan dan praktik pemasaran. Keenam, inisiatif dan advokasi komunitas. Kemudian terakhir yang ketujuh yaitu mengukur dan melaporkan.
Prinsip-prinsip pemberdayaan perempuan memungkinkan perusahaan menilai upaya mereka dalam mempromosikan kesetaraan gender, memprioritaskan bidang tindakan, dan mengembangkan rencana aksi gender. Perusahaan dapat memanfaatkan perangkat kolaborasi seperti Office 365 untuk mengumpulkan dan memasukkan data serta mengidentifikasi serta menyoroti celah utama dan area untuk perbaikan.
Berdasarkan hasil tersebut, perusahaan dapat menyusun rencana aksi gender yang meliputi area aksi prioritas, linimasa, kepemilikan, mekanisme akuntabilitas, Key Performance Indicator, dan langkah-langkah selanjutnya.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi, Telkomtelstra mendukung penerapan prinsip-prinsip pemberdayaan perempuan dan perusahaan telah berkomitmen untuk memberdayakan pekerja perempuan. Salah satunya dengan menggunakan GEARS sebagai alat diagnostic kesetaraan gender yang membantu organisasi menganalisis status kesetaraan gender, menunjukkan kesenjangan kesetaraan gender dalam organisasi, dan membantu pengembangan strategi untuk mengatasi ketidaksetaraan.
Dalam pelaksanaannya, Telkomtelstra bekerja sama dengan Indonesia Business Coalition For Women Empowerment (IBCWE), yang merupakan sebuah koalisi perusahaan dengan misi mengajak perusahaan-perusahaan papan atas di Indonesia untuk mempromosikan kesetaraan gender di tempat kerja dan berkomitmen serta berkontribusi kepada pemberdayaan ekonomi perempuan. Dengan itu, Telkomtelstra memiliki target yang harus dicapai dan memegang komitmen untuk meningkatkan kesetaraan gender dan mencapai target tesebut .
Telkomtelstra juga sudah memiliki 5 tahapan yang harus dijalani dalam menerapkan WEPs ke-7 yaitu Pengukuran dan Pelaporan guna memastikan bahwa perusahaan menjalankan apa yang sudah perusahaan tetapkan. Pertama yaitu menentukan konteksnya dimana penetapan konteks akan menjadi fondasi yang mendasari mengapa keberagaman dan inklusi menjadi bagian penting dari strategi perusahaan.
Kemudian tahapan kedua, yakni mengumpulkan data dan fakta. Data dapat dikumpulkan dari berbagai cara yaitu melalui departemen Sumber Daya Manusia (SDM) seperti data untuk rekrutmen, promosi, pelatihan dan tingkat pengunduran diri yang dipilah berdasarkan gender untuk mengetahui keikutserataan karyawan perempuan, lalu melakukan survei dengan Employee Engagement Survey bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berharga terutama dari karyawan perempuan, selanjutnya menggunakan data dari Whistleblower Channels seperti klinik SDM yang rutin dilakukan oleh team SDM, Unblocking Session with ELT dan juga kotak saran anonim. Saluran informasi lain yang juga tersedia yaitu melalui IT Dept dan Feedback form.
Tahapan ketiga adalah menentukan perangkat dan metodologi yang akan digunakan untuk mengolah dan menganalisa data-data tersebut untuk memperoleh insight. Sehingga bisa membangun strategi perbaikan dan rencana aksi untuk menjadikan perusahaan sebagai tempat kerja yang menerapkan inklusi gender.
Dilanjutkan dengan tahapan keempat yaitu melaporkan data-data yang sudah diolah dan dianalisa menjadi insight secara berkala ke pimpinan perusahan dan kepada karyawan. Terdapat tren yang tumbuh untuk keberagaman gender di perusahaan sejak Pledge for Parity di tahun 2016, meskipun masih ada tantangan untuk mencapai target minimal 30% keterwakilan perempuan di perusahaan dalam semua bidang dan semua tingkatan. Tantangan besar dalam meningkatkan talenta perempuan di bidang yang masih kurang terwakili, terutama di bidang teknis dan posisi kepemimpinan.
Tahapan terakhir atau tahapan kelima yang telah dilakukan Telkomtelstra selama ini adalah membuat peta rute pelaporan agar proses pengukuran dan pelaporan ini bisa dilakukan secara konsisten, berkala dan berkesinambungan sehingga menjadi bagian dari “business as usual” perusahaan. Karena pelaporan yang transparan dan dipublikasikan akan membantu perusahaan untuk berkembang.
Telkomtelstra, perusahaan joint-venture Telkom dan Telstra, menjadi salah satu dari 2.702 perusahaan global yang menandatangani WEP dari UN Women. Dengan menandatangani WEP, perusahaan memberikan komitmen untuk mendorong pemegang saham dan pemangku kepentingan mereka dalam mendorong perubahan demi kesetaraan gender dari segi rekrutmen, penetrasi pasar baru, pelayanan komunitas dan peningkatan laba. (*)
*sebagaimana disampaikan oleh Ernest Hutagalung, Chief Financial Officer, Telkomtelstra dalam Webinar “Achieving Gender-inclusive Business through Accountability and Transparency” yang diselenggarakan oleh UN Women’s EU-funded programme WeEmpowerAsia