Memasuki era modern dan revolusi industri 4.0 dimana saat ini hampir seluruh sektor industri dituntut untuk berinovasi dan bertransformasi ke ranah digital, figur perempuan di industri teknologi informasi sudah mulai menjadi hal yang umum dan terlihat di lintas sektoral.
Berdasarkan riset yang dilakukan pada perempuan-perempuan di bidang teknologi pada Juli 2017. Cukup banyak wanita yang merasakan kesulitan dalam berkarir di bidang ini. Kesulitan yang ditemukan berada pada tahap pengembangan karir, bukan untuk memulai karir. Kebanyakan dari wanita teknologi ini juga setuju bahwa mereka tidak mempunyai banyak sosok inspirasional untuk menjelajahi karir di bidang yang sedang populer ini.
Sebagai perempuan yang telah menggeluti bidang teknologi informasi selama 20 tahun, dapat saya akui bahwa stereotyping perempuan dan pria masih terbilang tinggi. Tingkat partisipasi perempuan di industri teknologi Indonesia masih sangat terbatas di industri yang dipersepsikan sebagai industri yang padat dengan gender pria ini.
Sebenarnya, kedua gender memiliki kebebasan dalam menggeluti bidang ini, namun yang sering menjadi tantangan dari pihak eksternal adalah kultur industri yang didominasi pria ditambah pola pikir orang-orang yang masih belum mengadaptasi perkembangan kultur modern. Kultur ini menuntut seorang wanita untuk bisa membuktikan kapabilitasnya bukan hanya secara teoritis tapi juga secara praktis.
Tantangan stereotyping ini yang kemudian menggerakkan motivasi saya untuk berusaha lebih optimal dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dan tanggung jawab saya. Karena pada akhirnya saya cukup menjawab tantangan ini dengan pembuktian kinerja yang melampaui ekspektasi individu tersebut.
Telkomtelstra Mendukung Pemberdayaan Perempuan
Pada beberapa tahun terakhir, terdapat banyak program yang digencarkan dari sektor publik maupun sektor privat untuk menyerap tenaga kerja perempuan di bidang teknologi. Program ini ditujukan untuk membangkitkan minat dan motivasi perempuan untuk menjelajahi dunia modern yang dipenuhi perkembangan teknologi.
Telkomtelstra juga sangat mendukung upaya ini melalui rangkaian program internal maupun eksternal dengan tujuan pemberdayaan perempuan. Dukungan ini tersalurkan seperti penyelenggaraan forum internal bernama Brilliant Connected Women yang diselenggarakan 2x per Quarter bagi perempuan untuk mengekspresikan dirinya dan memotivasi perempuan lainnya, sampai kepada kesempatan bagi perempuan untuk menduduki posisi di semua level di Telkomtelstra. Sistem yang ada ini memastikan manajemen mampu melihat diversifikasi dan kesetaraan gender bahkan di posisi teratas perusahaan.
Selain forum internal ini, telkomtelstra juga menunjukkan dukungannya pada perempuan Indonesia melalui konferensi bernama Indonesia Women Forum, maupun kerjasama dengan ipSCAPE untuk menyediakan Cloud Contact Centre bagi Komnas Perempuan di tahun 2018. Dengan adanya saluran-saluran ini, diharapkan wanita Indonesia merasa terfasilitasi untuk memperkaya dirinya dengan ilmu teknologi yang dibutuhkan dalam membentuk pribadi seorang wanita yang ‘melek’ teknologi.
Untuk Generasi Penerus Bangsa: Perempuan Sebagai ‘Agent of Change’
Tantangan eksternal dalam lingkup makro yang perlu diperhatikan yaitu kesiapan adopsi teknologi pada industri-industri di Indonesia itu sendiri. Beberapa sektor industri di Indonesia kini sudah siap dan telah bertransformasi ke ranah dunia digital. Industri perbankan dan hasil bumi seperti minyak-gas, misalnya, kedua sektor ini memiliki kapabilitas untuk menyerap tenaga kerja teknologi informasi dan menerapkan transformasi digital dalam proses bisnisnya. Keterbatasan dalam adopsi teknologi justru ditemukan pada industri layanan kesehatan dan edukasi.
Melihat kesempatan ini, perempuan harus mampu terlibat aktif pada era transformasi digital. Selain untuk perjalanan karir yang tidak lepas dari perkembangan teknologi, seorang pribadi harus mengetahui dampak positif dan negatif dari sebuah teknologi. Pengetahuan ini tidak hanya menguntungkan bagi karir seorang perempuan, tapi juga membantu perempuan pada kehidupan berumah tangga. Perempuan yang memegang peran Ibu, harus membantu generasi berikutnya menyerap teknologi secara bijaksana dan tidak menyalahgunakan teknologi. Pada sisi lain, teknologi juga membuka berbagai kesempatan bagi perempuan untuk berkarya dan menerapkan kreativitasnya pada minat dan bakat masing-masing individu.
Harapan saya adalah untuk melihat semakin banyaknya perempuan-perempuan berprestasi di dunia tekonologi, seperti Alamanda Shantika. Sosok perempuan berprestasi yang mengembangkan User Interface (UI) hingga programming aplikasi Go-jek. Yang menjadikan wanita muda berumur 30 tahun ini sebagai inspirasi wanita IT adalah aktivitas di samping karirnya yaitu Binar Academy sebagai sekolah teknologi (coding) di Serpong, Yogyakarta dan Batam. Dengan visi yang kuat, saya yakin akan lebih banyak perempuan yang sangat menginspirasi seperti Alamanda. Bukan hanya bagi wanita Indonesia, namun bagi bangsa dan negara Indonesia.
(ditulis oleh Dewi Wahdiniasih, VP Go To Market, telkomtelstra)