18 Januari 2018 – Economist Intelligence Unit (EIU) merilis hasil temuan sebuah proyek riset global yang diprakarsai oleh Telstra, perusahaan telekomunikasi dan teknologi terkemuka dan salah satu perusahaan induk dari telkomtelstra, yang mengukur tingkat kepercayaan eksekutif bisnis di sejumlah kota di beberapa negara, serta sejauh mana kota tersebut dapat mendukung ambisi digital yang dimiliki oleh sektor bisnis. Jakarta berada pada peringkat kedelapan dari 45 kota tersebut dalam hal tingkat kepercayaan terhadap bisnis secara keseluruhan.
Riset Connecting Commerce ini juga menunjukan Barometer Kota Digital, yaitu peringkat dari 45 kota di seluruh dunia berdasarkan 5 kategori kunci yang relevan dengan performa bisnis, yakni: inovasi dan kewirausahaan; lingkungan finansial; sumber daya manusia (SDM) dan keterampilan; pengembangan teknologi baru, dan infrastruktur TIK.
Erik Meijer, Presiden Direktur telkomtelstra, mengatakan bahwa riset ini mengungkap adanya tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap ekonomi dunia yang terus tumbuh, dan Jakarta adalah salah satu dari 10 besar kota di empat dari lima kategori penelitian. Dari 10 kota teratas untuk tingkat kapabilitas keseluruhan, tujuh berasal dari negara berkembang di Asia termasuk Bangalore, Mumbai, New Delhi, Beijing, Manila, dan Shanghai. Sebaliknya, tingkat kapabilitas yang lebih rendah ditemukan di kota yang sudah maju seperti Hong Kong dan Tokyo.
“Agar transformasi digital dapat sukses, dibutuhkan dukungan eksternal yang kuat. Oleh karena itu, pelaku bisnis di Jakarta percaya pada kemampuan kotanya untuk mendukung potensi digital perusahaan mereka, “sebut Erik Meijer.
“Tingginya tingkat kepercayaan ini didasari pertumbuhan ekosistem digital di Jakarta yang jelas terlihat, serta pemerintah yang mendukung pertumbuhan sektor bisnis dan serius dalam melakukan pembinaan kewirausahaan digital. Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia pada umumnya, dan Jakarta pada khususnya, melihat kemajuan pesat dalam perkembangan sektor bisnis digital.”
“Hasil dari riset ini memperlihatkan pentingnya posisi Jakarta sebagai pusat dari ekosistem bisnis digital di Indonesia, dan kita harus memanfaatkan posisi ini untuk mendorong agar Indonesia dapat mencapai targetnya menjadi pusat ekonomi digital di dunia pada tahun 2020. ” lanjut Erik Meijer.
Walaupun Jakarta mempunyai performa yang baik diseluruh kategori, riset ini juga menemukan bahwa 36 persen dari eksekutif di Jakarta percaya bahwa supply tenaga kerja serta keterampilan pekerja adalah tantangan terberat di kota ini.
“Seiring bisnis berkembang dengan cepat untuk bersaing di era digital, masih dirasakan adanya ketimpangan antara universitas dan kurikulum yang diterapkan dengan kebutuhan terkini dunia usaha. Hal tersebut membuat sejumlah perusahaan di Jakarta seringkali harus merekrut ahli dari negara lain di Asia Tenggara atau wilayah lainnya. Meskipun hal itu bukanlah menjadi masalah yang hanya dialami di Indonesia, jelas dunia pendidikan harus lebih fokus dalam membekali siswanya dengan keterampilan digital yang relevan untuk melengkapi pertumbuhan perusahaan rintisan (startup) di Jakarta.” Ujar Erik Meijer.
Temuan tambahan dari riset ini termasuk:
- Eksekutif di Jakarta merupakan kelompok yang paling memuji dukungan dari pemerintahnya, dengan 95% dari mereka percaya bahwa pemerintah akan memainkan peran yang lebih positif dalam pengembangan ekosistem digital selama tiga tahun ke depan. Namun, lebih dari separuh juga berpikir bahwa saat ini sedang ada diskoneksi antara pemerintah nasional dan kota dalam hal memberikan dukungan untuk melakukan inovasi.
- Keamanan digital (Digital Security) adalah keterampilan yang paling diinginkan oleh perusahaan, dengan 41% dari eksekutif yang ada di Jakarta menyatakan bahwa hal tersebut sebagai keterampilan yang paling dibutuhkan untuk mendukung transformasi digital. Sebanyak 25% dari responden menganggap bahwa Change Management merupakan keterampilan paling penting nomor dua.
- Ekosistem digital di Jakarta merupakan hal yang penting. Sementara 32 persen eksekutif yang berbasis di Jakarta percaya bahwa struktur tradisional seperti asosiasi bisnis adalah sumber bantuan yang berguna, komunitas informal, jaringan dan laboratorium inovasi juga sangat dihargai oleh bisnis (disebutkan oleh sebanyak 24 persen partisipan).
“Terbukti bahwa program pembangunan yang berorientasi bisnis, yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2015, telah memberikan hasil yang nyata dan progresif dalam hal evolusi digital di Indonesia dan di Jakarta. Peran pemerintah ini adalah merupakan hal yang sangat penting, terutama karena 53 % responden survei di kota-kota di Asia mengakui bahwa mereka bersedia untuk memindahkan operasinya ke kota lain yang memiliki lingkungan eksternal yang lebih mendukung” lanjut Erik Meijer.
“Saat ini semua organisasi memiliki berbagai opsi untuk melakukan transformasi digital – secara domestik maupun internasional – tergantung dimanakah pusat dari operasi bisnis mereka berada. Riset ini memberikan kontribusi yang amat penting untuk mengetahui dukungan seperti apakah yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi digital pada bisnis mereka dan kerap berkembang di dunia yang saling terhubung ini,” ujar Erik Meijer.
“Riset ini juga menghadirkan pemahaman yang bermanfaat bagi komunitas bisnis digital di Jakarta dalam memahami tantangan dan peluang yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital lebih lanjut di Indonesia.” ungkap Erik Meijer.
Untuk laporan selengkapnya, termasuk Digital Cities Barometer, dapat dilihat di: http://connectedfuture.economist.com/
Selesai
Catatan untuk Editor
Riset Connecting Commerce ini, termasuk Barometer Kota Digital, disusun berdasarkan hasil survey yang melibatkan 2.620 eksekutif di 45 kota di dunia, termasuk 23 di Asia Pasifik. 19 di wilayah Eropa, Timur-Tengah dan Afrika, serta 3 di Amerika Utara, pada bulan Juni dan Juli 2017. Selain itu, riset ini juga mencakup 11 jenis industri dengan responden terbanyak didapatkan dari industri jasa professional, jasa keuangan, manufaktur, retail, dan pendidikan, tanpa memasukkan responden dari sektor telekomunikasi dan teknologi. Selain itu, dari seluruh jumlah responden, 42% merupakan eksekutif perusahaan yang memegang jabatan tinggi (C-Level), dan sisanya merupakan eksekutif senior.
*********
Kontak Media
Abram Sakkan
Marketing Communication